Ini Pahala Terendah Di Surga?!! Yang Paling Tinggi Bagaimana?
A. Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalah shahihnya dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang terakhir masuk surga adalah orang yang dia sesekali berjalan dan sesekali tersungkur dan sesekali api melahatnya. Maka ketika ia telah melewatinya dia menoleh kepada neraka, lalu dia berkata: “Maha suci dzat yang menyelamatkan aku darimu, sungguh Allah telah memberikan padaku sesuatu yang tidak Dia berikan pada seorangpun dari orang terdahulu atau orang belakangan.” Lalu ditampakkan baginya sebuah pohon maka dia berkata: “Wahai Rabbku, dekatkanlah aku kepada pohon itu, maka aku akan bernaung dengan naungannya dan aku akan minum dari airnya.” Maka Allah ‘azza wa jalla berkata: “Wahai anak Adam, mungkin jika Aku mengabulkannya bagimu engkau akan meminta selainnya.”
Maka dia berkata: “Tidak wahai Rabbku.” Maka Allah menjanjinya untuk tidak meminta kepada-Nya selainnya, dan Rabbnya memaafkannya karena ia melihat perkara yang tiada kesabaran atasnya. Maka Allah mendekatkannya pada pohon itu, lalu dia bernaung dengan naungannya dan dia minum dari airnya. Kemudian ditampakkan baginya sebuah pohon yang mana lebih baik dari yang pertama, maka ia berkata: “Wahai Rabbku, dekatkanlah aku padanya, agar aku bisa minum dari airnya dan aku akan bernaung dengan naungannya, aku tidak akan meminta kepada-Mu selainnya.” Maka Allah berkata: “Wahai anak Adam, bukankah kau telah berjanji pada-Ku untuk tidak meminta pada-Ku selainnya.
Mungkin jika Aku mendekatkanmu padanya kau akan meminta yang lainnya.” Maka ia berjanji kepada Allah untuk tidak meminta kepada-Nya selainnya, dan Rabbnya memaafkannya karena ia melihat perkara yang tiada kesabaran atasnya. Maka Allah mendekatkannya pada pohon itu, lalu dia bernaung dengan naungannya dan dia minum dari airnya. Kemudian ditampakkan baginya sebuah pohon di sisi pintu surga yang mana lebih baik dari kedua pohon sebelumnya. Maka ia berkata: “Wahai Rabbku, dekatkanlah aku padanya agar aku bisa bernaung dengan naungannya dan minum dari airnya, aku tidak akan meminta kepada-Mu selainnya.”
Maka Allah berkata; “Wahai anak Adam, bukankah kau telah berjanji pada-Ku untuk tidak meminta pada-Ku selainnya.” Dia berkata: “Benar wahai Rabbku, ini saja, aku tidak akan meminta pada-Mu selainnya.” Dan Rabbnya memaafkannya karena ia melihat perkara yang tidak bisa sabar atasnya.” Maka Allah mendekatkannya padanya, ketika dia telah didekatkan padanya, maka dia mendengar suara penduduk surga, maka dia berkata: “Wahai Rabbku, masukkanlah aku padanya.” Maka Allah berkata: “Wahai anak Adam, apa yang menjauhkan Aku darimu? Apakah engkau senang Aku beri engkau dunia dan yang sepertinya bersamanya?” Maka ia berkata: “Wahai Rabbku, apakah Engkau menghinaku sedangkan Engkau Rab semesta alam?”
Maka Ibnu Mas’ud tertawa lalu berkata: “Tidakkah kalian betanya padaku karena apa aku tertawa?” Maka mereka berkata: “Karena apa engkau tertawa?” Dia berkata: “Demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa. Lalu mereka berkata: “Karena apa engkau tertawa wahai Rasulullah?” Maka beliau berkata: “Karena tertawanya Rabb semesta alam ketika orang itu berkata: “Apakah Engkau menghinaku sedangkan Engkau Rabb semesta alam?” Maka Allah berkata: “Sesungguhnya Aku tidak menghinamu, akan tetapi Aku Maha mampu akan apa yang Aku inginkan.”
B. Dan disebutkan dalam riwayat Al-Hakim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, sebagaimana disebutkan Asy-Syaikh Abdullah ‘Utsman Adz-Dzamary dalam ceramahnya di Masjid At-Tauhid di kota Dzamar, Yaman, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah akan mengumpulkan manusia pada hari kiamat maka berserulah seorang penyeru: “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian merelakan Rabb kalian yang telah menciptakan kalian, yang membentuk kalian dan yang telah memberi rizqi pada kalian untuk menyerahkan setiap orang kepada apa yang dia sembah di dunia dan dia berpaling kepadanya. Bukankah itu adalah keadilan dari Rabb kalian?” Mereka berkata: “Tentu”. Dia berkata: “Maka beranjaklah setiap orang dari kalian kepada apa yang ia berpaling padanya di dunia.” Dan diperlihatkan pada mereka apa yang mereka sembah di dunia. Dia berkata: “Diperlihatkan bagi yang menyembah ‘Isa syaithan yang menjelma sebagai ‘Isa, diperlihatkan bagi yang menyembah ‘Uzair syaithan yang menjelma sebagai ‘Uzair, sampai diperlihatkan bagi mereka pohon, kayu dan batu.” Dan pemeluk islam tetap dalam keadaan berjongkok, maka dia berkata pada mereka: “Kenapa kalian tidak beranjak sebagaimana manusia beranjak?” Maka mereka berkata: “Sesungguhnya kami memeliki Rabb (sesembahan) yang kami belum melihatnya.” Maka ia berkata: “Lalu dengan apa kalian mengetahui Rabb kalian jika kalian melihatnya?” Mereka berkata: “Antara kami dengan Dia ada suatu tanda, jika kami melihat-Nya kami akan mengetahui-Nya.” Dia berkata: “Apa tanda itu?” Mereka berkata: “Betis.” Maka disingkaplah suatu betis.
Maka tersungkurlah setiap orang di permukaan melakukan sujud dan tersisalah suatu kaum yang punggung mereka seperti tembok kandang sapi, mereka ingin sujud namun mereka tidak mampu. Kemudian mereka diperintah lalu mereka mengangkat kepala mereka lalu mereka diberi cahaya mereka sesuai dengan kadar amalan mereka. Diantara mereka ada yang diberi cahayanya seperti gunung di depannya, diantara mereka ada yang diberi cahayanya lebih sedikit dari itu, diantara mereka ada yang diberi cahayanya seperti kurma di tangan kanannya, dan diantara mereka ada yang diberi dibawah itu sampai yang terakhir diberi cahayanya pada jempol kakinya, sesekali bersinar dan sesekali padam, jika bersinar dia memajukan kakinya dan jika padam dia diam berdiri. Lalu mereka melewati shirath, dan shirath itu setajam pedang begitu licin dan menggelincirkan. Maka dikatakan: “Selamatkan diri kalian sesuai dengan kadar cahaya kalian.” Maka diantara mereka ada yang melewati shirath seperti jatuhnya bintang, diantara mereka ada yang melewatinya seperti kedipan mata, diantara mereka ada melewatinya seperti angina, diantara mereka ada yang melewatinya seperti orang yang jalan cepat dan lari-lari kecil maka mereka lewat sesuai dengan amalan mereka. Sampai lewatlah orang yang cahayanya pada jempol kakinya, dia menarik tangan dan menggantungkan tangan, menarik kaki dan menggantungkan kaki yang lain, maka terkenalah beberapa sisinya oleh api.
Maka terbebaslah mereka, jika telah terbebas mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami darimu setelah kami melihatmu. Sungguh Allah telah memberi kami sesuatu yang tidak Dia berikan pada seorangpun.” Maka mereka beranjak menuju air dangkal di sisi pintu surga, dan ia menghadap sebuah rumah di surga yang paling rendah, lalu mereka berkata: “Wahai Rabb kami, berilah kami rumah itu.” Maka Allah berkata pada mereka: “Kalian memintaku surga dalan keadaan dia menghadap, dan Aku telah menyelamatkan kalian dari neraka, pintu ini tidaklah mereka mendengar deritannya.” Maka Allah berkata: “Mungkin jika aku berikan ia pada kalian, kalian akan meminta-Ku selainnya.” Mereka berkata: “Tidak demi kemulian-Mu, kami tidak akan meminta kepada-Mu selainnya bahkan rumah manapun yang lebih baik darinya.” Maka Allah memberikannya lalu ditampakkan pada mereka di depannya rumah yang lain, seakan-akan yang diberikan sebelum itu adalah mimpi ketika mereka melihatnya. Maka Allah berkata: “Mungkin jika kalian Aku beri itu kalian akan meminta-Ku selainnya.” Mereka berkata: “Tidak demi kemuliaan-Mu, kami tidak akan meminta kepada-Mu selainnya bahkan rumah manapun yang lebih baik darinya.” Maka Allah memberikannya pada mereka, kemudian mereka diam. Kemudian dikatakan pada mereka: “Kenapa kalian tidak meminta pada-Ku?” Mereka berkata: “Wahai Rabb kami, kami telah meminta pada-Mu sampai kami merasa malu.” Maka dikatakan pada mereka: “Tidakkah kalian ridha jika Aku beri kalian seperti dunia dari semenjak Aku menciptakannya sampai hari Aku melenyapkannya, sekaligus sepuluh lipat sepertinya.”
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan hadits ini berkali-kali, tidaklah beliau sampai pada kisah ini dalam hadits kecuali ia tertawa sampai tampak anak tekaknya dan nampak gigi serinya yang terakhir dikarenakan ucapan orang tersebut: “Apakah engkau menghinaku sedangkan Engkau adalah Raja?” Allah berkata: “Tidak, akan tetapi maha mampu akan hal itu, maka mintalah kalian pada-Ku.” Maka mereka berkata: “Wahai Rabb, ikutkan kami dengan manusia.” Allah berkata pada mereka: “Ikutlah kalian pada manusia.” Maka mereka beranjak dan berlari kecil dalam surga sampai nampak bagi seorang dari mereka istana dari permata yang berongga. Maka mereka tersungkur sujud. Lalu dikatakan pada mereka: “Angkatlah kepalamu!” Maka dia mengangkat kepalanya. Maka dikatakan: “Sesungguhnya ini adalah rumah dari rumah-rumahmu.” Maka ia beranjak maka seseorang menyambutnya maka ia berkata: “Apakah engkau malaikat?” Maka dikatakan: “Sesungguhnya aku adalah salah satu kepala rumah tanggamu terhadap istana ini, ada seribu kepala rumah tangga dibawah pimpinanku, semuanya bertugas seperti tugasku.”
Maka dia beranjak bersamanya di saat itu sampai dibukakan istana yang mana ia adalah permata berongga, atapnya, pintunya, gemboknya dan kuncinya dari permata itu. Lalu dibukakan baginya istana itu, maka dia disambut oleh permata hijau yang dilapisi warna merah sebesar tujuh puluh hasta, padanya ada enam puluh pintu, setipa pintu mengantarkan pada sebuah permata yang tidak satu warna dengan pemiliknya. Pada setiap permata ada dipan-dipan, istri-istri dan penggiliran atau dukatakan dan sifat-sifat. Maka dia masuk, ternyata ia adalah wanita surga yang lebar matanya, dia memiliki tujuh puluh pakaian, terlihat sungsum betisnya dari balik pakaiannya, hati wanita surga itu adalah cermin bagi orang ini dan hati orang ini cermin bagi wanita surga tersebut. Jika orang ini berpaling darinya satu palingan bertambah pada dua matanya tujuh puluh lipat apa yang terjadi sebelumnya. Maka dia berkata: “Sungguh engkau telah bertambah pada mataku tujuh puluh kali lipat.” Maka wanita itu berkata seperti yang dia katakan. Maka dia mengamati kerajaannya dengan pandangannya sepanjang perjalanan seratus tahun. Maka ‘Umar berkata: “Wahai Ka’ab, tidakkah engkau mendengar apa yang disampaikan Ibnu Ummi ‘Abd kepada kita tentang penduduk surga yang paling rendah apa yang tersedia untuknya? Lalu bagaimana dengan yang paling tinggi derajatnya?” Ka’ab berkata: “Wahai Amirul Mukminin, sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga.
Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy dan air, lalu Dia menciptakan untuk diri-Nya sebuah rumah dengan tangan-Nya, lalu dia menghiasinya dengan apa yang Dia kehendaki dan Dia menjadikan padanya ada berbagai buah dan berbagai minuman, kemudian Allah menutupinya belum ada seorangpun yang melihatnya dari makhluk-Nya semenjak hari diciptakannya, tidak Jibril, tidak pula selainnya dari malaikat.” Kemudian Ka’ab membaca: “Maka tidaklah suatu jiwa mengetahui apa yang disembunyikan (dipersiapkan) bagi mereka berupa kenikmatan yang menyejukkan mata.” Dan menciptakan selain dari itu dua surga lalu Dia menghiasinya dengan apa yang Dia kehendaki, dan Dia menjadikan pada keduanya apa yang telah dia sebutkan berupa sutra, dan Dia perlihatkan dua surga itu kepada siapa yang Dia kehendaki dari makhluknya dari kalangan malaikat.
Siapa yang kitabnya berada di ‘Illiyin, ditampakkan dalam rumah itu. Jika seorang penghuni ‘Illiyin naik dalam kerajaannya maka dia tidaklah turun pada suatu kemah dari kemah-kemah surga kecuali ia memasukinya dari cahaya wajahnya, sampai-sampai mereka menghirup baunya dan berkata: “Hebatnya bau yang wangi ini.” Dan mereka berkata: “Telah naik kepada kita hari ini seseorang dari penghuni ‘Illiyin.” Maka ‘Umar berkata: “Celakanya engkau wahai Ka’ab, sesungguhnya kalbu-kalbu itu bisa melesat maka tahanlah dengan kuat.” Maka Ka’ab berkata: “Wahai Amirul Mukiminin sesungguhnya jahanam memiliki desahan, tidaklah ada malaikat yang didekatkan tidak pula nabi kecuali akan tersungkur pada kedua lututnya sampai berkata Ibrahim khalilullah: “Wahai Rabbku, diriku, diriku.” Dan sampaipun engkau memiliki amalan tujuh puluh orang nabi ditambahkan kepada amalanmu, niscaya engkau menyangka bahwa engkau tidak akan selamat darinya.”
Dari hadits di atas, jelas tergambar, yang membuat kita bertanya sebagaimana ‘Umar bertanya: “Kalau ini adalah bagi yang paling rendah lalu bagaimana dengan yang paling tinggi?”
Apakah kita akan duduk sekedar mengharap yaang paling rendah, atau kita mesti berusaha mengejar setinggi mungkin. Orang cerdas akan menjawab:
“Aku harus mengejar derajat jannah setinggi mungkin.”
Maka orang ini harus ditanya: “Bagaimana engkau bisa mengejarnya, apakah engkau tahu caranya?”
Maka kita harus membantu menjawab: “Ada caranya, dan gampang. Salah satu yang bisa ditempuh adalah dengan menuntut ilmu.”
Telah lewat pada pembahasan sebelumnya bahwa menuntut ilmu akan mengantarkan dia untuk dengan mudah bisa menempuh jalan menuju jannah.
Waffaqaniyallahu lima yhibbuhu wa yardhahu.
No comments:
Post a Comment