Friday, August 27, 2010

10 Pohon Ramadhan

Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah Ramadhan adalah pohonnya.
Mediumnya adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang kita tanam di medium Ramadhan,
itulah yang akan kita petik, itulah yang akan kita nikmati. Karena “siapa menanam dia yang
menuai”.
Pertanyaannya; Pohon apa saja yang perlu kita tanam di bulan suci ini?
Paling tidak ada 10 pohon Ramadhan yang mesti kita tanam di medium bulan Ramadhan ini:
Pohon pertama, shaum. Tidak sekedar menahan hal yang membatalkan shaum –makan,
minum dan berhubungan biologis- dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari saja.
Karena, kalau hanya sekedar menahan yang demikian, boleh jadi anak kecil, usia SD bisa
melakukannya. Betapa anak-anak kita sudah belajar shaum semenjak dibangku sekolah
bukan?
Nah, kalau demikian, apa bedanya shaumnya kita dengan mereka?
Harus ada nilai lebih, yaitu menjaga dari yang membatalkan nilai dan pahala shaum.
Apa yang membatalkan nilai shaum. Di antaranya bohong, ghibah, namimah, mengumpat,
hasud dan penyakit hati lainnya. Dengan demikian, mata, telinga, lisan, tangan, kaki dan
anggota badan kita ikut serta shaum.
“Betapa banyak orang yang shaum, tidak mendapatkan sesuatu kecuali hanya rasa lapar dan
dahaga semata.” Begitu penegasan Rasulullah saw.
Pohon kedua, sahur. Sahur tidak pengganti sarapan pagi, bukan juga penambah makan
malam. Namun sahur yang penuh berkah, yang dilakukan diakhir jelang waktu fajar. Di
sinilah waktu-waktu yang sangat mahal, doa dikabulkan, permintaan dipenuhi. Sehingga
ketika melaksanakan sahur tidak tidak sambil nonton hiburan, tayangan yang melenakan,
oleh media elektronik. Sibukkan diri dan keluarga kita dengan mensyukuri nikmat Allah
dengan bersama-sama melaksanakan sunnah sahur ini dengan penuh hikmat dan
kekeluargaan.
25/08/2010 dakwatuna.com » 10 Pohon Ramadhan…
dakwatuna.com/2009/…/print/ 1/4
kekeluargaan.
“Sahurlah, karena dalam sahur itu ada keberkahan.” Begitu sabda Rasulullah saw.
mengajarkan.
Pohon ketiga, ifthar. Buka puasa. Sunnah buka puasa itu disegerakan. Ketika dengar
kumandang adzan Maghrib, segera lakukan buka puasa. Jangan tunda, jangan sok kuat,
nanti bakda tarawih saja, bukan.
Dengan apa kita ifthar? Sunnahnya dengan ruthab atau kurma muda. Berapa biji? Bilangan
ganjil satu atau tiga biji. Kalau tidak ada, seteguk air putih. Itu yang dilakukan Rasulullah
saw. bukan dengan memakan aneka hidangan, ragam makanan, bukan. Dan Rasulullah saw.
pun baru makan besar setelah shalat tarawih.
Ifthar bukan ajang balas dendam, seharian manahan lapar, ketika bedug Maghrib, seakan
ingin melampiaskan rasa laparnya dengan memakan semua yang ada. Perilaku ini tentu tidak
akan membawa dampak perubahan dalam kehidupan pelakunya. Justeru dengan berlaparlapar
sambil merenungkan hikmah shaum dan menjadi bukti kesyukuran adalah sebagian
dari target berpuasa. Sehingga dengan sadar dan hikmat kita berdoa saat berbuka:
“Yaa Allah, kepada-Mu aku shaum, dengan rizki-Mu aku berbuka, telah hilang rasa hausdahagaku,
kerongkongan telah basah, karena itu tetapkan pahala bagiku, insya Allah.”
Pohon keempat, tarawih. Tarawih berasal dari akar kata “raaha-yaruuhu-raahatanwatarwiihatan-
yang artinya rehat, istirahat, santai. Sehingga shalat tarawih adalah shalat
yang dilaksanakan dengan thuma’ninah, santai, khusyu’ dan penuh penghayatan, bukan
hanya sekedar mengejar target bilangan rekaatnya saja, mau delapan, dua puluh, empat
puluh, silahkan dikerjakan, asal memperhatikan rukun, wajib, dan sunnah shalat.
Kalau kita disuruh memilih, apakah shalat tarawih di masjid yang dalamnya dibaca “idzaa jaa’a
nashrullahi wal fathu” atau shalat tarawih di masjid yang baca “idzaa jaa’akal munaafiquna
qaaluu nasyhadu innaka larasuuluh…” Pilih mana?
Kita tidak dalam posisi membandingkan surat yang dibaca, semua adalah surat dalam Al-
Qur’an, namun kita ingin membandingkan sikap kita, apa kita pilih yang panjang-panjang
namun khusyu’ atau pilih yang pendek-pendek namun secepat kilat.
Umat muslim harus berani mengevaluasi diri dalam hal pelaksanaan shalat tarawih ini. Sebab,
sudah kesekian kali kita melaksanakan shalat tarawih dalam hidup kita, namun kita belum
bisa meresapi, merenungkan dan mendapatkan manisnya shalat, bermunajat kepada Allah
swt. secara langsung.
Bukankah Rasulullah saw. meneladankan kepada kita, bahwa beliau shalat tarawih, di
reka’at pertama setelah beliau membaca surat Al-Fatihah, beliau membaca surat Al-Baqarah
sampai selesai, para sahabat mengira beliau akan ruku’, namun beliau melanjutkan
membaca surat An-Nisa’ sampai selesai, para sahabat kembali mengira beliau akan ruku’,
namun kembali beliau membaca surat Ali-Imran sampai selesai, baru beliau ruku’. Sedangkan
ruku’, i’tidal dan sujud beliau lamanya seperti beliau berdiri rekaat pertama. Subhanallah!
Tentu kita tidak sekuat Rasulullah saw. namun yang kita teladani dari beliau adalah
pelaksanaannya, dengan cara yang thuma’ninah, khusyu’ dan penuh tadabbur.
Pohon kelima, tilawatul Qur’an. Membaca Al-Qur’an. Atau yang populer adalah tadarus Al-
Qur’an. Tadarus tidak hanya dilakukan di bulan suci ini, juga dilakukan setiap hari di luar
Ramadhan, namun pada bulan suci ini tadarus lebih dikuatkan, ditambahkan kuantitas dan
kualitasnya. Setiap malam, Rasulullah saw. bergantian bertadarus dan mengkhatamkan Al-
Qur’an dengan malaikat Jibril.
Imam Malik, ketika memasuki bulan suci Ramadhan meninggalkan semua aktivitas keilmuan
atau memberi fatwa. Semua ia tinggalkan hanya untuk mengisi waktu Ramadhannya dengan
tadarus.
Imam Asy-Syafi’i, si-empunya madzhab yang diikuti di negeri ini, ketika masuk bulan
Ramadhan ia mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali, sehingga beliau khatam Al-Qur’an 60
kali selama sebulan penuh. Subhanallah!
Kita tidak perlu mendebat, apakah itu mungkin? Bagaimana caranya beliau bisa melakukan
hal itu? Esensi yang jauh lebih penting adalah, semangat dan mujahadah yang kuat itulah
25/08/2010 dakwatuna.com » 10 Pohon Ramadhan…
dakwatuna.com/2009/…/print/ 2/4
yang mesti kita miliki dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Pohon keenam, ith’aamul ifthor. Memberi berbuka puasa. Jangan diremehkan memberi
berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, baik langsung maupun lewat masjid. Walau
hanya satu butir kurma, satu teguk air, makanan, minuman dan lainnya. Sebab, nilai dan
pahalanya sama seperti orang yang berpuasa yang kita kasih berbuka itu. Di negara-negara
Timur-Tengah, tradisi dan sunnah memberi buka puasa ini sangat kental. Hampir-hampir
setiap rumah membuka pintu selebar-lebarnya bagi para kerabat, musafir, tetangga,
sahabat, untuk berbuka bersama dengan mereka.
Kita jadikan memberi buka bersama ini sebagai sarana menebar kepedulian, kekeluargaan,
keakraban, dengan sesama, lebih lagi sebagai sarana fastabiqul khairat.
Pohon ketujuh, i’tikaf. Melaksanakan i’tikaf 10 hari akhir Ramadhan. Inilah amalan sunnah
muakkadah yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw. semasa hidupnya. Lebih dari 8
atau 9 kali beliau beri’tikaf di bulan suci ini, bahkan di tahun di mana beliau meninggal, beliau
beri’tikaf 20 hari akhir Ramadhan. Beliau membangunkan istri-sitrinya, kerabatnya untuk
menghidupkan malam-malam mulia dan mahal ini. (baca i’tikaf)
Pohon kedelapan, taharri lailatail qadar. Memburu lailatul qadar. Usia rata-rata umat
Muhammad adalah 60 tahun, jika lebih, itu kira-kira bonus dari Allah swt. Namun usia yang
relatif pendek itu bisa menyamai nilai dan makna usia umat-umat terdahulu yang bilangan
umur mereka ratusan bahkan ribuan tahun. Bagaimana caranya? Ya, dengan cara memburu
lailatul qadar, sebab orang yang meraih lailatul qadar dalam kondisi beribadah kepada Allah
swt., berarti ia telah berbuat kebaikan sepanjang 1000 bulan atau 84 tahun 3 bulan penuh.
Jika kita meraih lailatul qadar sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya, maka nilai usia dan
ibadah kita bisa menyamai umat-umat terdahulu.
Rahasia inilah yang di yaumil akhir kelak, umat Muhammad saw. dibangkitan dari alam kubur
terlebih dahulu, dihisab terlebih dahulu, dimasukkan ke surga terlebih dahulu, dan juga
dimasukkan ke neraka terlebih dahulu, waliyadzu billah.
“Pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang dari
kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang dari kebaikan.” (H.R. Ahmad)
Pohon kesembilan, umroh. Melaksanakan ibadah umroh dibulan suci Ramadhan, terutama 10
akhir Ramadhan. Sebab melaksanakan umroh di bulan suci ini seperti malaksanakan ibadah
haji atau ibadah haji bersama Rasulullah saw.
“Umrah di bulan Ramadhan sebanding dengan haji.” Dalam riwayat yang lain: “Sebanding haji
bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pohon kesepuluh, menunaikan ZISWAF, yaitu mengeluarkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf.
ZISWAF adalah merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah, ibadah yang terkait dengan harta
dan berdampak pada manfaat sosial. Mengeluarkan ZISWAF tidak hanya bulan suci
Ramadhan, kecuali zakat fitrah yang memang harus dikeluarkan sebelum shalat iedul fitri,
sedangkan zakat-zakat yang lain, sedekah dan infaq dilakukan kapan saja dan di mana saja,
namun karena bulan Ramadhan menjanjikan kebaikan berlipat, biasanya kesempatan ini
tidak disia-siakan umat muslim, sehingga umat muslim berbondong-bondong menunjukkan
kepeduliannya dengan berZISWAF. Tentu dilakukan dengan baik, benar dan tidak memakan
korban. Lebih baik lagi jika disalurkan lewat Lembaga Amil Zakat yang memang mengelola
dana-dana umat ini sepanjang hari, tidak hanya tahunan.
Berbicara tentang potensi ZISWAF di negeri ini sangatlah besar jumlah, setiap tahunnya
potensi ZISWAF itu 19, 3 Trilyun Rupiah. Subhanallah, dana yang tidak sedikit yang jika bisa
digali, diberdayakan, maka ekonomi umat Islam akan lebih baik.
Inilah 10 pohon Ramadhan, “Siapa menanamnya ia akan menuai”, biidznillah. Allahu a’lam
Artikel dicetak dari dakwatuna.com: http://www.dakwatuna.com

No comments:

  as salam Mohon , bantuan wakaf dana anda